[PENGALAMAN] Memenangkan Juara 1 Kompetisi Jurnalistik Berbasis Data Terbuka Provinsi Aceh
Open Data Lab Jakarta and Asian Development Bank
mengadakan kompetisi jurnalistik untuk pemuda Banda Aceh. Rani sangat bersyukur karena bisa meraih Juara 1 yang mampu berdiri menyabet medali di depan para orang-orang besar pemerintahan. Nah, Rani mau membagikan artikelnya silakan! Semoga bermanfaat!
mengadakan kompetisi jurnalistik untuk pemuda Banda Aceh. Rani sangat bersyukur karena bisa meraih Juara 1 yang mampu berdiri menyabet medali di depan para orang-orang besar pemerintahan. Nah, Rani mau membagikan artikelnya silakan! Semoga bermanfaat!
Banda Aceh Kota Kecil Penuh Sejarah
Penulis : Rani Salsabila Efendi, Siswa SMA Negeri 10 Fajar Harapan Aceh
Banda Aceh, atau dahulu dikenal
dengan nama Koetaradja memang pantas dikatakan sebagai kota kecil penuh
sejarah. Hanya dengan luas wilayah berkisar 23,69 mi² kota ini telah menjadi
saksi bisu memori sejarah masa lampau. Pasalnya, kota kecil ini memiliki lebih
dari 50 hal yang menjadi sejarah penting dari Aceh, bahkan Indonesia. Situs
sejarah ini tersebar di berbagai kecamatan di Banda Aceh. Berikut data jumlah
situs sejarah dan cagar budaya yang diliput dari laman data.bandaacehkota.go.id.
Gambar 1 Sebaran Situs Sejarah dan
Cagar Budaya
Sebut saja salah satu yang sangat dikenal sebagai
objek wisata sejarah adalah Kerkhof. Kerkhof yang bertempat di
Jalan Sultan Iskandar Muda, Gampong Suka Ramai, Banda Aceh ini memiliki sekitar
2.200 makam sejarah tentara Belanda yang gugur di medan perang melawan pasukan
Aceh.
Banda Aceh juga menjadi salah satu kota yang memiliki
makam jasad ulama dan umara terdahulu yang pernah memerintah Aceh. Banda
Aceh sendiri memiliki lebih dari 31 makam sejarah di antaranya makam
Tengku Syiah Kuala dan Poeteumeurehom. Kedua nama ini sering kita jumpai dalam
hadis maja masyarakat Aceh,
Adat bak
Poeteumeureuhom hukom bak Syiah Kuala yang artinya “Pemerintahan pada Poetomeureuhom dan hukum agama pada Syiah
Kuala.”
Tidak hanya Kerkhof, Gunongan
juga merupakan salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan,
baik nasional maupun mancanegara. Gunongan Putroe Pahang ini memberikan konsep
romantisme sejarah. Jika dikaji lebih dalam, Gunongan yang terletak di Jalan
Teuku Umar, Gampong Suka Ramai, Banda Aceh dibangun oleh Sultan Iskandar Muda
untuk istrinya yang berasal dari Malaka (Malaysia).
“Saya suka disini, Gunongan ini banyak menyimpan
sejarah Aceh yang romantis. Saya juga sempat ke Museum Tsunami Aceh. Saya
suka,” begitulah kata salah seorang wisatawan yang datang ke Gunongan yang
berasal dari Medan.
Jika Gunongan merupakan bentuk cinta
Raja Sultan Iskandar Muda terhadap istrinya, maka pesawat RI 001 Seulawah
yang terpajang di Lapangan Blang Padang merupakan bentuk sumbangsih Aceh untuk
Indonesia. Pesawat yang dikelola oleh Kodam Iskandar Muda ramai dikunjungi oleh
wisatawan lokal maupun mancanegara. Meningkatnya minat wisatawan ke Aceh,
khususnya Banda Aceh, disebabkan oleh gencarnya Pemerintah Kota Banda Aceh
untuk mempromosikan dan menarik minat wisatawan diantaranya mengajak komunitas
foto untuk mempromosikan Kota Banda Aceh, mengadakan acara seni mingguan di
Taman Putroe Phang, pameran foto tsunami Aceh, dan beragam kegiatan lainnya.
Memang tidak dapat dipungkiri, Aceh
yang dilanda tsunami 26 Desember 2004 telah meluluhlantakkan bangunan
yang ada. Memoar tsunami masih membekas dalam benak masyarakat Aceh bahkan
dunia. Peristiwa yang menelan hingga 240.000 lebih korban jiwa itu tidak hanya
menggoncang Aceh tetapi juga dunia. Masyarakat Aceh yang dikenal dengan
peristiwa 26 Desember 2004 lalu tidak dengan mudah melupakan peristiwa
bersejarah itu. Eksistensi Museum Tsunami Aceh menjadi salah satu bentuk
kenangan tentang peristiwa yang mengguncang dunia tersebut.
Museum yang berdiri diatas tanah
seluas 2.500 m² dengan anggaran 140 miliar diprakarsai oleh Badan Rehabilitasi
dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias sebagai penyandang anggaran bangunan.
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) menjadi penyandang anggaran
perencanaan, studi isi dan penyediaan koleksi museum dan pedoman pengelolaan
museum). Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sebagai penyedia lahan dan
pengelola museum. Pemerintah Kota Banda Aceh sebagai penyedia sarana dan
prasarana lingkungan museum, dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) cabang NAD yang
membantu penyelenggaraan sayembara prarencana museum.
Museum Tsunami Aceh, juga menjadi
daya tarik tersendiri bagi wisatawan, baik wisatawan lokal maupun asing. Wisatawan
mancanegara yang berkunjung ke Kota Banda Aceh juga mengalami peningkatan
pesat. Mayoritas para wistawan adalah warga negara Malaysia, China, dan
Australia. Hal ini dapat dibuktikan dari grafik berikut.
Gambar 2 Jumlah Wisatawan
Mancanegara
Menurut salah seorang wisatawan asal
Malaysia. Farah Atirah Amad Zaki mengatakan, “Saya senang ke Aceh. Yang paling
saya cari ialah Museum Tsunami Aceh, museum ini elok sekali, saya suka.”Pada 19
Februari 2017 yang lalu, di kawasan Museum Tsunami Aceh.
Kepala museum penerangan Jakarta,
Bapak Lukman Hakim pada kunjungannya ke SMA Negeri 10, Fajar Harapan Aceh pada
17 Februari 2017 dalam acara Muspen Goes to Shool Plus. Mengatakan
“Aceh, memiliki rekor luar biasa. Jumlah pengunjung Museum Tsnunami Aceh
memiliki lebih dari 700.000 pengunjung setiap tahunnya bahkan Museum Tsunami
Aceh mengalahkan pengunjung Muspen (Museum Penerangan) Taman Mini Indonesia
Indah Jakarta, yang hanya 100.000 pengunjung per tahun. Ini rekor luar biasa
dan begitu besarnya animo masyarakat tentang sejarah Aceh.”
Bukan saja Museum Tsunami, Kapal
Pembangkit Listrik Tenaga Dam (PLTD) Apung dan kapal di atas rumah kawasan
Lampulo juga merupakan objek wisata peninggalan tsunami. Jumlah pengunjungnya
cukup ramai, karena kenangan tsunami itu terekam jelas. Dahsyatnya air laut
menghantam kawasan Aceh mampu memindahkan kapal PLTD yang beratnya 2.600
ton menuju perumahan penduduk yang berjarak 5 Km dari keberadaan kapal dan pusat sewa bus semarang untuk pariwisata pemerintah Aceh pusat.
Jumlah pengunjung pada tahun 2014-2015 kedua
objek wisata kapal ini dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 3 Jumlah Pengunjung tahun
2014-2015 Objek Wisata Kapal
Tabel grafik, sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Melihat ketertarikan para wisatawan
untuk berkunjung ke Banda Aceh, patut diacungkan jempol. Sistem pengelolaan
pada setiap cagar budaya ini pun patut diapresiasikan. Tidak hanya
pemerintah, masyarakat juga hendaknya turut andil dalam menjaga dan
melestarikan warisan sejarah dan budaya yang ada di Banda Aceh.
Oleh karena itu, untuk benar-benar
mewujudkan Banda Aceh sebagai kota kecil penuh sejarah, generasi muda dapat
membangkitkan sejarah Aceh dengan mencintai dan bangga untuk mempromosikannya.
Seperti kata Proklamator ulung kemerdekaan Indonesia,
“Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah!”
Sumber data:
Get notifications from this blog
Halo! Terima kasih sudah membaca.