[PENGALAMAN] Secercah Puisi yang Memenangkan Festival Literasi 2016
Rani mau membagikan pengalaman menulis puisi pendek pada ajang festival literasi. Ikut kompetisinya sama sekali tidak niat sih awalnya, dan baru tau jurinya itu ibu De, seorang penyair Aceh baru deh semangat. Saat itu Rani membuat sebanyak 3 judul puisi dalam waktu 20 menit. Dengan waktu yang terbatas pikiran serasa diperas seperti orang yang memeras santan untuk bumbu dapur.
Yang menjadi juri pada
acara Festival Literasi itu adalah Ibu D. Keumalawati, seorang penyair dari
Aceh.Aku sangat senang apalagi ketika Ibu D. Keumalawati mengatakan
"Puisimu Dewasa"
Tentu saja, sangat senang. Ia
menambahkan "Seharusnya puisimu sebanding dengan pemenang yang lainnya,
hanya saja untuk kalangan SMA puisimu itu dewasa saya juga takjub sebenarnya
tapi karena ini lombanya tingkat SMA jadi ya pemenangnya harus sesuai."
Bagi Rani itu komentar yang sangat membangun, berarti telah berhasil membuat
puisi yang setara dengan puisi karya orang dewasa pada umumnya.
ini puisinya.
.
.
.
.
BUKAN
Ia terlahir dari rahim dewi betaraDibesarkan dalam ruang istana
Entah mengapa kurasa sama
Dari seorang yang terlahir dari seorang janda v kaya
MIMPI
Lika-liku hidup di istanaBukan raja bukan pula ratu
Hanya selir yang mendamba
Tuk gapai mahkota raja betara
yang terakhir puisi yang terinspirasi dari Pak Sutardji C. Bahri dan tanpa judul
Hidup hadap hidupi hadapi
hadapi hidup hadapi hidup
hidup hadap hidup hadap
hadapi hidupi hadapi hidupi
Ketiga puisi itu sukses menjadi pemenang di acara Festival Literasi.
Semoga pertengahan yang baik!
Get notifications from this blog
Halo! Terima kasih sudah membaca.