[PENGALAMAN] Duta Antinarkoba Universitas Syiah Kuala
![]() |
Sumber dokumentasi : Humas USK |
![]() |
Sumber dokumentasi : pribadi |
Sekarang mari kita bahas tahapan seleksi.
Seleksi Administrasi
Seleksi Wawancara
Tahap selanjutnya adalah tahap wawancara, wawancara yang dilakukan secara tatap muka bersama dengan dewan juri, sebelum tes wawancara itu ada tes urine lebih dahulu. Tes urine untuk memastikan apakah salah satu dari kita ada yang terindikasi menjadi pengguna narkoba dan syukurnya semua dari peserta itu tidak ada yang positif ya, berarti kita bebas dan tidak merupakan penyalahguna narkoba.
![]() |
Sumber dokumentasi : Panitia |
![]() |
Sumber dokumentasi : panitia |
Alasannya saya tidak bisa 10/10 karena yang paling utama adalah tetap pada pendidikan, karena pendidikan ini adalah tanggung jawab saya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah mengizinkan dan memilihkan jurusan ini kepada saya, selanjutnya tanggung jawab kepada diri saya sendiri karena sudah berkomitmen untuk mengambil pendidikan yang tidak mudah, kemudian tanggung jawab kepada keluarga saya yang telah membiayai memfasilitasi semua pendidikan saya, tanggung jawab saya juga kepada pemberi beasiswa yaitu Wardah Scholarship Program dari Paragon Corp kepada saya, dan tanggung jawab saya juga kepada pasien-pasien saya di masa depan.
Ada beberapa pertanyaan yang juga ditanyakan, tetapi saya lupa spesifiknya seperti apa karena saya merasa seperti ngobrol saja gitu dengan pewawancara. Seperti berbicara pada umumnya, kesibukan saya saat ini seperti apa, selain kuliah itu bergabung di organisasi salah satunya Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala sebagai Kepala Departemen Kajian Strategis, setelahnya saya juga menceritakan bagaimana pengalaman saya menulis dan ada satu pertanyaan yang masih saya ingat sampai sekarang karena saya agak sulit menjawabnya waktu itu karena saya lupa materi tersebut. Padahal materi tersebut sudah pernah diajarkan sebenarnya pada saat modul penyalahgunaan Napza pada remaja itu diberikan oleh dokter spesialis kejiwaan.
Pertanyaannya adalah tentang golongan dari narkoba, harusnya jawabannya adalah golongan narkoba 1,2, dan 3. Namun, saat itu saya lupa sehingga saya jawabnya seperti jenis-jenisnya saja seperti misalnya morfin, ganja, dan lainnya karena saya lupa saat itu setelahnya saya langsung baca lagi. Oh iya, ternyata ini saya salah menjawab, saya jadi belajar lagi, namanya juga setiap tahap hidup kita kan ada pembelajaran. Nah, di situ saya belajar. Oh ya saya lupa akhirnya saya buka lagi, saya belajar dan review lagi.
Pertanyaan selanjutnya adalah terkait dengan sebutkan lima tokoh pahlawan Aceh, pertanyaan yang cukup mudah bagi saya. Alasannya karena saya memang sering membaca sejarah Aceh dan menggeluti hal tersebut. Saya sebutkan seperti Cut Meutia, Cut Nyak Dien, Teuku Chik Ditiro, Laksamana keumalahayati, Teuku Chik Pante Kulu, Tengku Fakinah, dll. Mungkin teman-teman bisa membaca tulisan saya yang berkaitan dengan Hikayat Prang Sabi silakan bisa dibaca ya.
Ada juga pertanyaan berkaitan apa yang saya ketahui tentang Universitas Syiah Kuala
Seleksi Bakat
![]() |
Sumber dokumentasi : panitia |
Tahap selanjutnya adalah tahap Seleksi bakat, di tahap seleksi bakat awalnya saya bingung mau menampilkan bakat apa. Saya ingin menampilkan bakat menari, tapi rasanya saya sudah lama tidak menari mungkin sudah 5 tahun dan saya merasa badannya sudah kaku gitu ya untuk menari tidak selentur dulu, tidak selentik dulu. Saya ingin menampilkan bakat menyanyi, tapi saya takutnya akan terjadi trauma akustik hahaha, alias takut terlalu melengking, karena saya merasa itu bukan bakat yang bisa ditampilkan oleh saya.
![]() |
Sumber dokumentasi : panitia |
Saya tampilkan tanpa malu-malu, saya cerita-cerita saja berkaitan dengan narkoba, bagaimana pandangan saya dan saya bawa seolah sedang bercerita bersama teman-teman. Sebelum saya tampil itu banyak sekali teman-teman yang menampilkan tarian, nyanyi, puisi, dan lainnya. Saya merasa mereka itu sudah sangat keren gitu, tapi saya berpikir lagi setiap orang itu punya keunikan masing-masing dan bakat inilah yang membuat kita unik. Apa yang kita yakini apa yang kita ingin tampilkan, tampilkan saja ya, di luar ekspektasi saya ternyata juri mengapresiasi dengan yang saya tampilkan, mengatakan mungkin saya bisa ikut Peksiminas itu untuk cabang monolog dengan sedikit diasah lagi. Saya senang sekali dengan apresiasi juri, saya juga diminta untuk berbahasa Aceh untuk mengajak masyarakat agar tidak pakai narkoba disini saya mulai lebih senang dan percaya diri.
Alhamdulillah ternyata saya bisa masuk ke tahap selanjutnya yaitu tahap karantina.
Tahap Karantina
![]() |
Sumber dokumentasi : panitia |
![]() |
Saya sedang memaparkan paper yang telah saya tulis, berkaitan gagasan saya yang ingin saya kembangkan. Sumber dokumentasi : panitia |
![]() |
Setelah photoshoot untuk keperluan vote finalis Sumber dokumentasi : Pribadi |
Kegiatan di karantina itu cukup menarik dan seru, sampai sore ada tahap photoshoot juga untuk seleksi yang favorit.
![]() |
Sumber dokumentasi : panitia |
![]() |
Saat sesi ice breaking, bagian ini tidak mau saya ceritakan, karena permainan seperti Truth or Dare, saya mendapatkan pertanyaan yang 'luar biasa' hahaha, biar penasaran aja. Sumber dokumentasi : panitia |
Hal yang sangat saya sukai dari seleksi Duta Antinarkoba ini cukup transparan, jadi di setiap tahapan itu kita diumumkan nilai yang tertinggi dan sebagainya. Karena jumlah nilainya transparan diumumkan,kita juga bisa melihat adanya kesesuaian antara nilai dan performa para finalis. Saya sangat mengapresiasi panitia untuk hal ini.
Saya tidak bisa menulis semua tahapan dari karantina, kita lanjut saja ke tahapan pada saat hari Puncak Penobatannya ya, 26 April 2022 di AAC Dayan Dawood Banda Aceh, karena panjang sekali kalau saya jelaskan. Saya akan tuliskan secara terpisah nantinya dan doakan selesai setelah saya ujian yaa. Kalau pada hari penobatan itu kita dipilih lima pasang yang performa sesuai dengan nilai yang tertinggi itu, Alhamdulillah saya menjadi bagian dari 5 pasang tersebut pada saat hari penobatan itu. Kalau di atas panggung ada dua tahap seperti ada penyampaian gagasan dan juga ada pertanyaan ataupun QnA
![]() |
Sesi QnA Sumber dokumentasi : panitia |
Kemudian tanya jawab, saya senang kalau adrenalin saya itu dipacu, pertanyaannya itu sepasang tapi penilaian itu berbeda, saya mendapatkan pertanyaan berkaitan, budaya seperti apa di remaja yang harus dikembangkan agar terhindar dari narkoba?
![]() |
Penyematan selempang oleh Rektor USK Prof. Marwan Sumber dokumentasi : panitia |
![]() |
Sumber dokumentasi : panitia |
![]() |
Sumber dokumentasi : Humas USK |
Salam sayang
Raneey
Bijak Menjaga Privasi di Sosial Media
Hari ini saya mau cerita tentang publikasi di sosial media.
Mungkin ini bisa menjadi curcol ataupun hal singkat yang ingin saya bagikan kepada teman-teman semua.
Terkadang kebanyakan orang menilai kehidupan seseorang berdasar dari sosial medianya dan saya rasa itu itu tidak sepenuhnya benar. Saya sangat memahami dan yakin bahwa seseorang berada di sosial media ini punya purpose atau tujuan. Tujuannya bisa beragam entah itu tujuan baik atau tujuan tidak baik, ya itu bergantung kepada pengguna sosial medianya.
Di sosial media itu tidak akurat sama sekali untuk menilai keseluruhan hidup seseorang ataupun progres kehidupan seseorang. Seseorang membagikan sesuatu ke sosial media itu biasanya sudah melalui proses moderasi. Atau sudah dipilih-pilih dulu, biasanya.
Sesuatu yang dibagikan itu benar-benar sesuai dengan tujuannya dong. Terkadang saya berpikir bahwa tidak membagikan suatu progres kita yang besar kepada sosial media itu merupakan salah satu pilihan yang bijak. Hal ini terbukti, saya tidak membagikan progres saya yang besar ke sosial media, hasilnya jauh lebih baik.
Benar, ada kalanya kita harus membagikan hal yang kita lakukan kepada sosial media karena kita memiliki tanggung jawab untuk membagikan hal tersebut. Misalnya kita pernah melakukan open donasi secara publik, jadi memang bertanggung jawab secara publik untuk membagikan progresnya gitu. Sama halnya dengan kegiatan yang bisa membangun personal branding itu sangat baik untuk dibagikan di sosial media.
Namun, saya rasa saat ini orang-orang kerap kali membagikan kehidupan pribadinya atau hal-hal yang seharusnya tidak boleh dibagikan di sosial media, entah itu dengan fitur close friend atau tidak. Saya rasa itu tindakan yang kurang bijak, karena jejak digital itu tidak bisa hilang. Akan berbeda jika kita membuat sebuah akun khusus yang tidak ada siapapun di akun tersebut dan menjadikan akun tersebut sebagai arsip pribadi, ya itu silakan.
Namun, sosial media itu penuh risiko. Risikonya adalah jika akun tersebut di-hack diambil alih oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan digunakan untuk kejahatan, akan sangat berisiko tentunya.
Saya rasa pentingnya kita harus memahami bagaimana safeguarding ataupun manajemen perlindungan diri ketika berada di sosial media. Safeguarding di sosial media itu itu sangat penting, hal tersebut bisa menyelamatkan kita dari hal-hal yang tidak diinginkan ketika berada di sosial media. Hal yang penting adalah memoderasi unggahan yang dapat diunggah atau tidak.
Jangan pernah mengunggah alamat pribadi, data pribadi, kehidupan yang menjadi privasi. Saya rasa yang tidak boleh dibagikan ialah permasalahan pribadi seperti hal-hal yang bukan untuk konsumsi publik. Hal tersebut benar-benar tidak layak untuk diunggah di sosial media. Salah satu cara yang sangat bijak menurut saya untuk menjaga privasi adalah dengan tidak mengunggah sama sekali, hehe. Banyak sekali orang-orang yang berada di sosial media itu tujuannya terkadang mencari mangsa ataupun menghancurkan hidup orang lain. Agar hidup kita tidak dikacaukan oleh orang lain maka jangan pernah tunjukkan bagian dari diri kita yang berpotensi mengganggu kehidupan kita.
Hal apa sih yang bisa diunggah di sosial media?
Menurut saya yang dapat kita unggah di sosial media adalah hal-hal yang tidak menimbulkan memicu sebuah kejahatan. Memang dan tentu kejahatan itu tergantung dari si pemilik niat tadi, akan tetapi kita dapat mencegah untuk tidak menjadi target kejahatan dengan cara tidak mempertontonkan hal yang saya sebutkan di atas.
Boleh nggak menceritakan pengalaman?
Tentu boleh sekali, tapi perhatikan kalimat-kalimat dan informasi-informasi yang dibagikan. Pengalaman seperti apa yang dapat dibagikan, tentu yang tidak menjadi bumerang bagi kita nantinya. Tujuannya awal untuk berbagi malah kita terkena somasi, ribet kan?
Hal paling bijak ya tidak semua hal diunggah di sosial media. Jika ada orang yang menilai kita tidak melakukan apa-apa hanya karena tidak memunggah di sosial media, ya itu bukan menjadi urusan kita kan?
Salah jika kita menilai seseorang dari sosial media, karena banyak orang-orang yang hebat malah tidak mengunggah apapun di sosial media. Dengan tetap terus berproses, terus bermanfaat bagi sesama dan saya yakin kamu juga bisa bijak untuk terus merasa aman berada di sosial media. Hal yang lebih baik lagi adalah kita sama-sama menciptakan ruang aman di sosial media.
Pentingnya Edukasi Seks pada Anak : Bukan Hal Tabu!
Kali ini saya ingin menulis dan membahas hal yang dianggap tabu padahal penting sekali, yaitu edukasi mengenai seks.
Apa yang terpikirkan olehmu?
Seks itu bukan hanya coitus, pemaknaannya luas sekali. Sayangnya tidak semua orang merasa ini pantas dibicarakan, padahal ini lah ilmu. Pendidikan sex di Indonesia masih menjadi kontroversi, masih banyak anggota masyarakat yang belum menyetujui pendidikan sex di rumah atau pun di sekolah.
Masyarakat masih memandang tentang pendidikan sex merupakan hal yang “tabu dan pamali” untuk dibicarakan pada anak, terutama anak usia dini.
Pandangan paling sering menganggap belum waktunya anak-anak usia dini untuk memahami tentang hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas. Banyak yang mengira seorang anak akan memahaminya secara alamiah. Padahal edukasi yang dini akan membuat anak lebih menghargai anggota tubuhnya, lebih memiliki batasan, dan lebih sedikit rasa penasaran yang malah menantang adrenalin.
Banyak yang berpikir dengan pendidikan sex terlalu dini dikhawatirkan akan mendorong anak melakukan hubungan sex lebih dini. Sementara pandangan yang setuju pada pendidikan sex beranggapan dengan semakin dini mereka mendapatkan informasi mereka akan lebih siap menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan mampu menghindarkan diri dari kemungkinan yang bisa terjadi.
Pentingnya saya menjelaskan hal ini pada tulisan kali ini, untuk orang tua dan para calon orang tua memahami bahwa pendidikan sexual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong dan membantu mengatasi masalah yang bersumber pada dorongan sexual saat anak mulai bertumbuh. Dengan demikian pendidikan sexual ini bertujuan untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan sex dan sexualitas dalam bentuk yang wajar.
Kerap kali saat ini di media, banyak kasus-kasus kekerasan sexual yang menghebohkan dan korbannya adalah anak-anak. Hal ini bisa jadi salah satu alasannya karena anak-anak adalah orang yang rentan terhadap informasi yang salah mengenai sex, karena pada kenyataannya kebanyakan kasus-kasus kekerasan sexual tersebut dilakukan oleh orang-orang terdekat korban yang sebenarnya masih berstatus keluarga. Anak-anak tidak memahami apa yang dilakukan oleh orang lain terhadap tubuhnya, hal itu karena kurangnya edukasi akan seks dan seksualitas. Anak-anak jadi tidak memahami sampai mana batasan orang lain boleh menyentuh dan berinteraksi dengannya.
Miris bukan?
Adanya peningkatan kasus kekerasan sexual merupakan bukti nyata pengetahuan dan pemahaman anak tentang pendidikan sex sangat kurang. Minimnya pengetahuan orang tua terhadap kebutuhan anaknya sendiri dalam menghadapi tuntutan zaman yang sudah semakin mengglobal ini semakin menambah panjang deretan kasus-kasus kekerasan sexual yang terjadi. Anak-anak yang menjadi korban di dalam kasus pelecehan sexual akan mengalami trauma, yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang mereka. Anak-anak yang mengalami trauma harus ditangani dengan serius dan oleh pakarnya, karena jika tidak akan menjadi luka dan bisa saja mengalami gangguan pedofilia ( gangguan sexualitas).
Lalu bagaimana memulai edukasi seks pada anak?
Berikut gambaran untuk lebih mudah dipahami
Pendidikan sex sejak dini merupakan hal yang penting, banyak manfaat dari pendidikan sex yang dilakukan kepada anak, yaitu memberikan bekal pengetahuan kepada anak, dapat membuka wawasan anak seputar masalah sex secara benar dan jelas tujuannya agar anak memiliki kesadaran fungsi organ reproduksinya serta paham tentang cara menjaga dan memeliharanya. Merupakan tindakan preventif berbagai kejahatan sexual yang tidak dipahami oleh anak dan resiko negatif dari perilaku sexual yang tidak bertanggung jawab.
Pendidikan sex pada anak juga berbeda dengan yang dipikirkan oleh masyarakat. Pada hal ini anak harus diawali dengan pemahaman konsep tentang perbedaan jenis kelamin, anak harus benar-benar memahami tentang perbedaan antara laki-laki dan perempuan, serta peranannya sebagai laki-laki dan perempuan. Konsep sexualitas untuk anak usia dini sangat lah berbeda dengan orang dewasa, anak-anak diajarkan bagaimana caranya mereka mengenal dirinya, dan memiliki konsep yang positif. Memperkenalkan bagian tubuh yang pribadi, siapa yang boleh menyentuh dan siapa yang tidak boleh menyentuhnya.
Jadi anak bukan diajarkan untuk paham proses coitus loh, bedaa yaa.
Harapannya semoga banyak yang memahami ya kalau anak itu butuh yang namanya ilmu dasar terutama seputar seks.
Jangan tabu, karena ilmu itu perlu!
Terima kasih telah membaca.
reference :
Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol 3 No 1: 24-34, 2018
[PENGALAMAN] Belajar Bersama Girls Leadership Academy By Plan Indonesia
Saya sendiri nggak menyangka saya bisa menjadi bagian dari Girls Leadership Academy Batch 2 dengan tema Girls Unlimited: Breaking Gender Norms.
Awalnya saya mendaftar dan saya
ragu apakah saya bisa terpilih, tapi ternyata saya bersama dengan 49 perempuan
lainnya lulus ya. Angkatan ini terdapat 50 orang perempuan dari beragam latar belakang
dan dari beragam daerah. Sejak terpilih saya makin percaya untuk tidak
mengerdilkan impian diri sendiri, dan harus percaya diri.
Di sini kita belajar bagaimana dan memahami tentang norma gender yang ada di masyarakat, selain itu terdapat kelas yang diberikan materi oleh pemateri yang hebat dan keren-keren banget. Selain kelas, kita juga terdapat sesi mentoring di setiap sela kelasnya. Selain mentoring juga terdapat webinar pembuka dan penutup rangkaian acara.
Salah satu rangkaian acaranya
yang saya highlight banget ya itu dari dokter Debryna Dewi, sebelumnya
saya sudah pernah membaca profil beliau,
beliau seorang dokter dan juga seorang
aktivis yang gemar meneliti.
Sudah kagum duluan nih dengan beliau akhirnya berkesempatan untuk berada di suatu ruang meeting yang sama. Bersyukur banget, saya juga termotivasi oleh beliau. Saya pun mengirimi beliau DM Instagram, beliau membalasnya. Dokter Debryna menceritakan bagaimana pengalaman beliau saat mendobrak norma gender yang ada. Beliau juga menceritakan salah satu pengalaman beliau berkaitan tentang sunat perempuan.
Seperti
yang kita ketahui, sunat perempuan itu saat ini sudah dianggap kekerasan.
Namun, masih dilakukan karena budaya yang ada di masyarakat, saya pribadi masih
bingung bagaimana hukum untuk melakukan sunat perempuan karena terdapat perbedaan
sudut pandang antara budaya, agama, dan juga hukum yang berlaku.
Selain
dokter Debryna ada satu materi lagi yang sangat saya highlight, pemaparan Kak
Dwi Yuliawati Faiz dari UN women Indonesia.
Beliau
juga menceritakan bagaimana dampak dari pandemi terhadap perempuan, menurut
data yang beliau paparkan eksistensi perempuan sedikit lebih memburuk dibandingkan
sebelumnya, bahkan banyak kasus kekerasan berbasis gender online ataupun KBGO
yang dialami oleh perempuan. Ada satu hal juga yang membuat saya berpikir
keras, tentang ibu rumah tangga.
Pertanyaan
ini membuat saya berpikir dan terus
berpikir, pertanyaannya sederhana ibu rumah tangga itu termasuk pekerjaan atau
termasuk tanggung jawab?
Pernah ada
riset di luar negeri yang menyebutkan bahwa jika seorang ibu rumah tangga itu
dibayar maka gaji itu cukup sangat besar dengan jam kerja dan tupoksi pekerjaan
yang berat. Namun, di sini ibu rumah tangga tiidak dibayar secara materi. Terdapat
perbedaan pendapat antara kita, saya pribadi ikut dan masih terus berpikir cukup keras dengan
pertanyaan itu.
Sepertinya sekarang saya bisa menemukan jawabannya, yaitu ibu rumah tangga bukan keduanya.
Nah loh? Gimana tuh?
Ibu rumah
tangga bukan tanggung jawab dan juga bukan pekerjaan.
Mari saya
ceritakan kenapa saya mengatakan hal ini.
Ibu rumah
tangga bukan suatu pekerjaan rumah tangga dan ranah domestik itu setelah
menikah adalah tanggung jawab kedua belah pihak, tanggung jawab suami dan
tanggung jawab istri yang berada di rumah tangga tersebut. Keduanya memiliki
peranan penting dalam menjalankan tugas-tugas di rumah tangga, oleh karenanya
menyerahkan salah satu tupoksi kerja rumah tangga hanya bagi dan terhadap satu
pihak saja itu saya rasa bukanlah suatu keputusan yang tepat.
Karena
suami istri itu harusnya bekerja sama untuk mewujudkan suatu keluarga yang
sesuai dengan visi dan misinya masing-masing.
Begitu
pula ibu rumah tangga bukan suatu pekerjaan karena saya berpikir bahwa suatu
pekerjaan itu harus dibayar. Okey, ini realistis bukan? Suatu pekerjaan iu
harusnya diberi honor baik itu dengan uang atau materi yang lainnya, namanya
juga bekerja.
Akan
sangat berbeda dengan yang namanya bekerja tidak dibayar, itu namanya bukan
bekerja sih volunteering ataupun relawan, menurut saya.
Terdapat
perbedaan kan keduanya. Oleh karenanya, menurut saya ibu rumah tangga pun
sematannya bukan ibu rumah tangga, tapi seorang ibu. Alih-alih menambahkan
rumah tangga di belakang kata ibu, lebih baik tidak membatasi seorang ibu hanya
di rumah tangga. Karena seorang ibu juga bisa melakukan banyak hal yang
lainnya.
Cukup masuk
akal bukan.
Setiap hal
yang dilakukan di rumah tangga, itu tanggung jawab kedua belah pihak, bukan
hanya tanggung jawab ibu atau pun ayah saja, tapi tanggung jawab ayah dan ibu,
suami dan istri. Jadi pekerjaan rumah tangga pun harusnya tidak tabu untuk
dilakukan oleh laki-laki dan perempuan.
Begitu juga
boleh seorang perempuan untuk bekerja dan mengekspresikan dirinya. Selama
terdapat hal yang sinergis di suatu rumah tangga, mampu bekerja sama, dan tidak
ada ketimpangan itu adalah hal yang perfect.
Hal lainnya yang sangat rasa bagi diri saya di Girls Leadership Academy Batch 2 dengan tema Girls Unlimited: Breaking Gender Norms adalah adanya sister hood, itu saling menghargai satu sama lain dan saling mendukung satu sama lain. Ini sangat terasa, seperti saat ada yang mengungkapkan pendapatnya maka tidak ada yang merendahkan pendapat, jika ada perbedaan pendapat maka diselesaikan dengan cara elegann, yang baik dan dewasa. Perbedaan diantara kita, tidak menghalangi kita memiliki ruang aman dan juga menghargai privasi masing-masing.
Di sini bertemu
perempuan muda yang memiliki visi misi yang searah salah satunya orang yang bermanfaat bagi kehidupan. Kita juga sempat mengungkapkan cita-cita
masing-masing di antara kita. Ada yang ingin menjadi menteri, menjadi diplomat,
menjadi pemilik kebun organik, menjadi orang hebat dan memiliki tujuan akan
hidupnya.
Saya juga merasa
diapresiasi dan dihargai selama berada di sini. Hal yang sangat saya senangi
juga kita disediakan psikolog jika misalnya pada saat kegiatan kita membutuhkan
layanan bantuan. Di tiap materi juga mungkin akan ada suatu materi yang
membangkitkan trauma bagi para peserta dan kita sangat diizinkan untuk take a deep breath terlebih dahulu atau
boleh untuk tidak melanjutkan materi.
Karenanya kita merasa
sangat dihargai sebagai seorang manusia di sini. Begitu pula ketika posting di
sosial media, ini yang sangat berbeda juga. Setiap postingan kita yang akan direpost
oleh pihak penyelenggara, selalu meminta izin kepada untuk repost itu hal yang
sangat bagus sih menurut saya.
Selama menjadi bagian
dari Girls Leadership Academy Batch 2
dengan tema Girls Unlimited: Breaking Gender Norms kita
juga ikut kampanye melalui aplikasi campaign.com di aplikasinya kita juga akan
membuat konten yang akan diunggah secara berkala di akun Instagram @GLAIndonesia.
Semoga dengan keikutsertaan
saya di Girls Leadership Academy Batch 2
dengan tema Girls Unlimited: Breaking Gender Norms ini
membuat semakin banyak wawasan yang didapatkan dan semakin besar impact saya ke
lingkungan, saya terus berharap akan banyak perempuan-perempuan yang berani
untuk menyuarakan pendapatnya. Perempuan yang berani untuk bermimpi, berani untuk
meraih pendidikan yang lebih tinggi.
Bisa baca tulisan saya tentang bagaimana cara lolos Girls Leadership Academy Batch 2 dengan tema Girls Unlimited: Breaking Gender Norms.
Semoga saya kamu dan
kita semua bisa menjadi orang yang bermanfaat dan juga berani untuk bermimpi
tinggi.
Salam sayang.
Raneey