[PENGALAMAN] Belajar Bersama Girls Leadership Academy By Plan Indonesia
Saya sendiri nggak menyangka saya bisa menjadi bagian dari Girls Leadership Academy Batch 2 dengan tema Girls Unlimited: Breaking Gender Norms.
Awalnya saya mendaftar dan saya
ragu apakah saya bisa terpilih, tapi ternyata saya bersama dengan 49 perempuan
lainnya lulus ya. Angkatan ini terdapat 50 orang perempuan dari beragam latar belakang
dan dari beragam daerah. Sejak terpilih saya makin percaya untuk tidak
mengerdilkan impian diri sendiri, dan harus percaya diri.
Di sini kita belajar bagaimana dan memahami tentang norma gender yang ada di masyarakat, selain itu terdapat kelas yang diberikan materi oleh pemateri yang hebat dan keren-keren banget. Selain kelas, kita juga terdapat sesi mentoring di setiap sela kelasnya. Selain mentoring juga terdapat webinar pembuka dan penutup rangkaian acara.
Salah satu rangkaian acaranya
yang saya highlight banget ya itu dari dokter Debryna Dewi, sebelumnya
saya sudah pernah membaca profil beliau,
beliau seorang dokter dan juga seorang
aktivis yang gemar meneliti.
Sudah kagum duluan nih dengan beliau akhirnya berkesempatan untuk berada di suatu ruang meeting yang sama. Bersyukur banget, saya juga termotivasi oleh beliau. Saya pun mengirimi beliau DM Instagram, beliau membalasnya. Dokter Debryna menceritakan bagaimana pengalaman beliau saat mendobrak norma gender yang ada. Beliau juga menceritakan salah satu pengalaman beliau berkaitan tentang sunat perempuan.
Seperti
yang kita ketahui, sunat perempuan itu saat ini sudah dianggap kekerasan.
Namun, masih dilakukan karena budaya yang ada di masyarakat, saya pribadi masih
bingung bagaimana hukum untuk melakukan sunat perempuan karena terdapat perbedaan
sudut pandang antara budaya, agama, dan juga hukum yang berlaku.
Selain
dokter Debryna ada satu materi lagi yang sangat saya highlight, pemaparan Kak
Dwi Yuliawati Faiz dari UN women Indonesia.
Beliau
juga menceritakan bagaimana dampak dari pandemi terhadap perempuan, menurut
data yang beliau paparkan eksistensi perempuan sedikit lebih memburuk dibandingkan
sebelumnya, bahkan banyak kasus kekerasan berbasis gender online ataupun KBGO
yang dialami oleh perempuan. Ada satu hal juga yang membuat saya berpikir
keras, tentang ibu rumah tangga.
Pertanyaan
ini membuat saya berpikir dan terus
berpikir, pertanyaannya sederhana ibu rumah tangga itu termasuk pekerjaan atau
termasuk tanggung jawab?
Pernah ada
riset di luar negeri yang menyebutkan bahwa jika seorang ibu rumah tangga itu
dibayar maka gaji itu cukup sangat besar dengan jam kerja dan tupoksi pekerjaan
yang berat. Namun, di sini ibu rumah tangga tiidak dibayar secara materi. Terdapat
perbedaan pendapat antara kita, saya pribadi ikut dan masih terus berpikir cukup keras dengan
pertanyaan itu.
Sepertinya sekarang saya bisa menemukan jawabannya, yaitu ibu rumah tangga bukan keduanya.
Nah loh? Gimana tuh?
Ibu rumah
tangga bukan tanggung jawab dan juga bukan pekerjaan.
Mari saya
ceritakan kenapa saya mengatakan hal ini.
Ibu rumah
tangga bukan suatu pekerjaan rumah tangga dan ranah domestik itu setelah
menikah adalah tanggung jawab kedua belah pihak, tanggung jawab suami dan
tanggung jawab istri yang berada di rumah tangga tersebut. Keduanya memiliki
peranan penting dalam menjalankan tugas-tugas di rumah tangga, oleh karenanya
menyerahkan salah satu tupoksi kerja rumah tangga hanya bagi dan terhadap satu
pihak saja itu saya rasa bukanlah suatu keputusan yang tepat.
Karena
suami istri itu harusnya bekerja sama untuk mewujudkan suatu keluarga yang
sesuai dengan visi dan misinya masing-masing.
Begitu
pula ibu rumah tangga bukan suatu pekerjaan karena saya berpikir bahwa suatu
pekerjaan itu harus dibayar. Okey, ini realistis bukan? Suatu pekerjaan iu
harusnya diberi honor baik itu dengan uang atau materi yang lainnya, namanya
juga bekerja.
Akan
sangat berbeda dengan yang namanya bekerja tidak dibayar, itu namanya bukan
bekerja sih volunteering ataupun relawan, menurut saya.
Terdapat
perbedaan kan keduanya. Oleh karenanya, menurut saya ibu rumah tangga pun
sematannya bukan ibu rumah tangga, tapi seorang ibu. Alih-alih menambahkan
rumah tangga di belakang kata ibu, lebih baik tidak membatasi seorang ibu hanya
di rumah tangga. Karena seorang ibu juga bisa melakukan banyak hal yang
lainnya.
Cukup masuk
akal bukan.
Setiap hal
yang dilakukan di rumah tangga, itu tanggung jawab kedua belah pihak, bukan
hanya tanggung jawab ibu atau pun ayah saja, tapi tanggung jawab ayah dan ibu,
suami dan istri. Jadi pekerjaan rumah tangga pun harusnya tidak tabu untuk
dilakukan oleh laki-laki dan perempuan.
Begitu juga
boleh seorang perempuan untuk bekerja dan mengekspresikan dirinya. Selama
terdapat hal yang sinergis di suatu rumah tangga, mampu bekerja sama, dan tidak
ada ketimpangan itu adalah hal yang perfect.
Hal lainnya yang sangat rasa bagi diri saya di Girls Leadership Academy Batch 2 dengan tema Girls Unlimited: Breaking Gender Norms adalah adanya sister hood, itu saling menghargai satu sama lain dan saling mendukung satu sama lain. Ini sangat terasa, seperti saat ada yang mengungkapkan pendapatnya maka tidak ada yang merendahkan pendapat, jika ada perbedaan pendapat maka diselesaikan dengan cara elegann, yang baik dan dewasa. Perbedaan diantara kita, tidak menghalangi kita memiliki ruang aman dan juga menghargai privasi masing-masing.
Di sini bertemu
perempuan muda yang memiliki visi misi yang searah salah satunya orang yang bermanfaat bagi kehidupan. Kita juga sempat mengungkapkan cita-cita
masing-masing di antara kita. Ada yang ingin menjadi menteri, menjadi diplomat,
menjadi pemilik kebun organik, menjadi orang hebat dan memiliki tujuan akan
hidupnya.
Saya juga merasa
diapresiasi dan dihargai selama berada di sini. Hal yang sangat saya senangi
juga kita disediakan psikolog jika misalnya pada saat kegiatan kita membutuhkan
layanan bantuan. Di tiap materi juga mungkin akan ada suatu materi yang
membangkitkan trauma bagi para peserta dan kita sangat diizinkan untuk take a deep breath terlebih dahulu atau
boleh untuk tidak melanjutkan materi.
Karenanya kita merasa
sangat dihargai sebagai seorang manusia di sini. Begitu pula ketika posting di
sosial media, ini yang sangat berbeda juga. Setiap postingan kita yang akan direpost
oleh pihak penyelenggara, selalu meminta izin kepada untuk repost itu hal yang
sangat bagus sih menurut saya.
Selama menjadi bagian
dari Girls Leadership Academy Batch 2
dengan tema Girls Unlimited: Breaking Gender Norms kita
juga ikut kampanye melalui aplikasi campaign.com di aplikasinya kita juga akan
membuat konten yang akan diunggah secara berkala di akun Instagram @GLAIndonesia.
Semoga dengan keikutsertaan
saya di Girls Leadership Academy Batch 2
dengan tema Girls Unlimited: Breaking Gender Norms ini
membuat semakin banyak wawasan yang didapatkan dan semakin besar impact saya ke
lingkungan, saya terus berharap akan banyak perempuan-perempuan yang berani
untuk menyuarakan pendapatnya. Perempuan yang berani untuk bermimpi, berani untuk
meraih pendidikan yang lebih tinggi.
Bisa baca tulisan saya tentang bagaimana cara lolos Girls Leadership Academy Batch 2 dengan tema Girls Unlimited: Breaking Gender Norms.
Semoga saya kamu dan
kita semua bisa menjadi orang yang bermanfaat dan juga berani untuk bermimpi
tinggi.
Salam sayang.
Raneey
Get notifications from this blog
Halo! Terima kasih sudah membaca.