Cerita Apa Hari Ini : Standar Cantik Itu Apa Sih?
Pernah tidak kamu merasa tidak sesuai dengan standar kecantikan yang ada di masyarakat?
Sebagai seorang perempuan yang kerap diagungkan oleh masyarakat adalah cantik, yang sesuai standarnya. Kerap kali saya merasa bahwa perempuan sering diinilai dari visualnya.
Mari saya ceritakan sebuah kisah bagaimana perjuangan saya untuk mencapai dan mengerti apa makna dari kata cantik itu sendiri.
Saya Rani, anak perempuan yang berasal dari sebuah desa kecil di ujung barat Indonesia. Hari ini saya ingin menceritakan bagaimana makna cantik yang saya paham setelah proses panjang. Sewaktu kecil, saya bukanlah seorang anak yang terakhir dengan fisik sesuai standar kecantikan anak perempuan pada umumnya, harus putih, patuh, dan juga penurut.
Apalagi pada saat kecil anak perempuan dituntut untuk menyukai hal yang identik dengan ranah domestik, itu bukan suatu hal yang salah, tapi mungkin lingkungan kita tersistem dan terstruktur untuk menghakimi minat yang tidak sesuai dengan standarnya, barangkali.
Waktu kecil kulit saya cenderung gelap, tentu. Hobi saya adalah bermain layangan, lari-larian di panas terik matahari, tentu saja belum mengenal apa itu perawatan kulit.
Hal itu menimbulkan ejekan di kalangan anak laki-laki, ejekan yang mengatakan kulit saya seperti pantat panci, bahkan ejekan yang mengatakan dengan gamblang bahwa saya jelek. Ejekan di masa kecil itu sendiri itu cukup membekas hingga saat ini, mereka mendefinisikan cantik sebagai seseorang memiliki kulit putih, hal yang membuat saya itu berpikir saya tak cantik hanya karena kulit saya.
Ternyata saya nggak cantik ya, saya selalu membatin seperti ini saat kecil.
Apa yang saya lakukan di masa anak-anak?
Saya berusaha untuk menjadi cantik, alasannya supaya tidak diejek dan dibully lagi karenanya. Padahal saya sendiri tidak mengerti apa definisi cantik yang sebenarnya, hanya saja saya sangat terobsesi memiliki kulit yang putih, sebening salju. Itu juga bukan karena keinginan saya, tapi lingkungan memaksa saya demikian.
Jika saya ingat masa itu, saya terus tertawa terbahak. Apalagi tiap ada iklan yang menawarkan bisa memiliki kulit putih secara instan, saya langsung menabung uang jajan agar bisa terbeli. Sebagai seorang anak-anak saya belum dapat membedakan mana yang benar, mana yang salah.
Saya mencoba berbagai macam krim pemutih yang dijual di swalayan, tapi tak ada hasilnya, saya pun tak mengerti, kenapa saya demikian.
Tujuan saya menggunakan krim agar saya bisa putih dan sesuai dengan standar cantik pada saat itu, dan ternyata saya salah.
Pikiran yang tertanam bahwa saya tidak cantik karena saya tidak putih, itu salah besar. Kalimat orang-orang yang mengatakan bahwa saya tidak cantik , bahkan kadang saya sering merasa saya nggak cantik. Alasannya karena saya hidup dengan perkataan orang-orang yang mengatakan bahwa saya tidak cantik. Jadi pujian orang lain yang mengatakan saya cantik, terkadang saya menganggap itu bualan.
Saya beruntung, saya berproses dan bertumbuh. Saya memiliki pikiran yang lebih baik dan wawasan yang lebih luas dibandingkan sebelumnya. Saya tak lagi mendefinisikan cantik sebagai kulit yang putih, dan itu butuh proses bertahun-tahun, belasan tahun bahkan. Sampai sekarang pun saya masih mencoba untuk berproses.
Bagaimana definisi cantik yang sebenarnya?
Ini bukan pertanyaan yang sederhana, saya bergulat dan bertengkar dengan diri sendiri, mengutuk diri sendiri dan bingung untuk menjawabnya.
Waktu berlalu, terus berlalu, saya terus bertumbuh. Banyak hal yang berubah di diri saya, sekarang saya lebih percaya diri dan lebih berani, tapi kerap kali saya berpikir, apakah saya cantik?
Mungkin kalau kamu merasakan hal yang sama, kamu akan memahami apa yang saya katakan. Saya menyadari ternyata perkataan itu dapat membunuh seseorang secara perlahan dan pasti, dan beruntungnya saya bisa keluar dari jeratan itu. Saya bisa berproses menjadi orang yang lebih baik, sekarang kalau kamu tanya pada saya, bagaimana definisi cantik?
Saya dengan lantang bisa menjawab cantik tidak hanya tentang fisik, tapi bagaimana pembawaan diri yang membuat saya bersyukur dan memahami bahwa, ini adalah diri saya dan tidak ada hak pemberian Tuhan yang harus saya ubah, hanya untuk sesuai dengan standar yang ada di masyarakat.
Karena inilah saya ya dan beginilah saya, hal yang harus terus saya perbaiki adalah bagaimana saya bertumbuh menjadi orang yang lebih baik, bagaimana wawasan saya terus meluas, bagaimana kepribadian saya menjadi lebih baik dan bagaimana saya bisa memahami bahwa hidup itu itu bukan hanya untuk memenuhi ekspektasi dan standar yang ada, tapi bagaimana menciptakan kenyamanan dan kebahagiaan dengan apa yang saya miliki.
Mungkin itu adalah cerita saya pada hari ini.
Terima kasih sudah membaca, semoga kamu dapat menjalani hari dengan baik.
Salam sayang
Raneey
Get notifications from this blog
Halo! Terima kasih sudah membaca.