√ Seperti Apa Rasanya Menjadi Perempuan di Aceh? Apakah Kamu Merasa Diperlakukan Tidak Adil di Mata Hukum Syariah Aceh? - Heyraneey | Sharing is caring

Seperti Apa Rasanya Menjadi Perempuan di Aceh? Apakah Kamu Merasa Diperlakukan Tidak Adil di Mata Hukum Syariah Aceh?



Jawaban ini adalah murni pendapat saya, jawaban ini bisa berbeda pendapatnya dengan pandangan orang lain ataupun dengan perempuan lain yang ada di Aceh jadi saya harap ini bisa menjadi salah satu pembuka wawasan bahwa keadilan bagi perempuan itu ada dan perempuan Aceh tidak dikekang.

Saya tergelitik untuk menjawab pertanyaan ini. Sebagai seorang perempuan Aceh yang lahir dan besar di Aceh. Mama saya memang asli Aceh saya bisa bahasa Aceh dan bahasa mama saya adalah bahasa Aceh. Sehari-hari saya berbahasa Aceh dengan mama saya dan berbahasa Indonesia dengan ayah saya, ayah saya campuran (Jawa dan Melayu) jadi saya "Sah" ya menjawab pertanyaan ini hehehe.

Rasanya ya nyaman saja, saya malah bangga tinggal di sini. Bagi saya pemberitaan di media itu terlalu dilebih-lebihkan yang mana membuat seolah-olah perempuan di Aceh ini terkekang dan tidak bisa berkarya sama sekali padahal tidak seperti itu, di Aceh perempuan bisa bebas menentukan karirnya, perempuan juga bisa bebas melakukan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat, berprestasi, dan bekerja. Perempuan di Aceh juga diberikan kebebasan untuk menikah dan tidak menikah, perempuan di Aceh juga boleh mendapat pendidikan yang tinggi bahkan hingga profesor, perempuan tidak masalah jika harus menyetir mobil, perempuan di Aceh juga boleh membawa sepeda motor sendirian pada malam hari, perempuan di Aceh juga boleh duduk di warung kopi, perempuan di Aceh juga boleh keluar malam jika ditemani kalau ga ditemani fakta di lapangan sebenarnya juga boleh, saya pulang kuliah sudah maghrib kalau baru selesai praktikum. Saya menyetir mobil malam sendirian untuk pulang, tidak masalah tuh.

Sebenarnya peraturan-peraturan itu adalah peraturan tertulis yang dibuat untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, namun faktanya di lapangan juga tidak berlaku demikian sih, disini cukup bebas asal tau batas. Laki-laki dan perempuan boleh ga ketemu dalam satu acara? Boleh kok, saya berikan beberapa foto kegiatan saya di Aceh.

Aturan memang ada dan itu tidak bersifat sampai membuat perempuan Aceh hanya boleh duduk di rumah saja, nggak seperti itu. Faktanya perempuan Aceh sekarang cukup terdidik dan cukup ramai yang menjadi aktivis, cukup ramai yang menjadi dosen, pembelajar, pengusaha, pebisnis, menjadi walikota, kepala desa/geuchik, dan lainnya. Media terkadang terlalu melebih-lebihkan sesuatu.

Harus diingat dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung dan ini berlaku di semua tempat.
Menghargai adanya norma sosial menghargai hukum-hukum daerah yang ada. Jadi nggak usah takutlah untuk datang ke Aceh, nggak masalah sama sekali asalkan kamu ikut aturannya dan harus diingat aturan ini hanya berlaku bagi orang muslim
, aturan-aturan syariat ini hanya berlaku bagi orang muslim.

Jika nonmuslim yang nggak ngikutin aturan dan dikenakan hukuman bisa memilih kok mau ikut aturan syariah Islam atau ikut aturan hukum Indonesia, lucunya dan faktanya banyak nonmuslim yang lebih memilih untuk dihukum secara syariah dibandingkan hukum Indonesia.

Di tengah kota di daerah Peunayong itu memang banyak sekali nonmuslim dan tidak pernah ada masalah tuh, jika dibilang Aceh intoleran, tolok ukurnya apa ya? Hehe

Sesuai yang sudah saya tuliskan, saya akan memberikan bukti foto kegiatan yang banyak melibatkan perempuan di muka publik.

Kegiatan di foto ini sebelum pandemi, tahun 2019.

Foto 1.

Foto 2.

Foto 3.

Foto 4.

Foto 5.

Foto 6.

  1. 1.Foto saya dan rekan saya, saya yang kanan. Kami sedang menghadiri acara deklarasi yang berkaitan tentang literasi di Aceh dan ini dihadiri oleh laki-laki dan perempuan baik itu dari kalangan pelajar, mahasiswa, hingga pejabat tinggi daerah jadi nggak masalah ya laki-laki dan perempuan bertemu di sini. 
  2. 2.Saya yang tengah dan rekan saya sedang menghadiri acara yang berbasis literasi juga dan kami sedang di dalam Aula Dinas Arpus Aceh nggak masalah juga kan ada laki-laki dan perempuan? 
  3. 3.Saya yang kanan berdiri jilbab hitam, saya diundang untuk menghadiri acara dari komunitas Earth Hour Aceh nggak masalah juga kan, bisa dilihat ada laki-laki dan perempuan. 
  4. 4.Saya yang ujung kanan, saya selesai praktikum anatomi nggak masalah juga kan kuliah ada laki-laki dan perempuan. 
  5. 5.Saya lagi jadi pewara (MC) saya perempuan di depan para orang-orang penting dan mereka laki-laki. Aman saja kan? 
  6. 6.Perempuan juga bisa jadi model. Saat acara besar di Aceh lagi. Pekan Kebudayaan Aceh gamasalah kan? 

Jadi sudah punya pandangan baru tentang Aceh? 😊

Get notifications from this blog

Halo! Terima kasih sudah membaca.